Minggu, 30 Agustus 2020

MUNGKINKAH MASJID AL AQSHA RUNTUH ?

 

MUNGKINKAH MASJID AL AQSHA RUNTUH?[1]

(Hal-76) Kita ingin lebih serius, berbicara tentang Masjid Al Aqsha. Kiblat pertama kita, yang penuh peninggalan sejarah. Sebuah masjid tempat di isra’-kannya Rasulullah saw, yang kini tidak bisa bebas diziarahi oleh umat Islam kecuali mereka yang berusia diatas 50 tahun. Sebuah bangunan bersejarah yang begitu unik dan penuh arti bagi keimanan kita, namun berada di bawah cengkraman Zionis Israel selama lebih dari separuh abad. Sebuah masjid, yang pernah menjadi simbol kekuatan Islam. Tapi kini, pondasinya kian rapuh lantaran lorong-lorong bawah tanah yang terus digali oleh orang-orang ekstrim Yahudi yang bermimpi (Hal-77) mendapat peninggalan Kuil Solomon di bawahnya.



Saudaraku,

Mungkinkah Al Aqsha runtuh? Pertanyaan itu mungkin pernah muncul dalam pikiran kita. Menjawabnya, pasti diiringi kedukaan. Tapi, tidak menjawabnya, berarti membiarkan ancaman yang mungkin terjadi. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi atas masjid Al Aqsha. Bisa saja, terjadi bencana alam yang kemudian membuat runtuhnya Masjid Al Aqsha. Atau, bisa saja umat Islam akhirnya berhasil diusir dari seluruh Al Quds dan digantikan penguasaannya oleh Zionis Israel. Mungkin saja Al Quds dikuasai Zionis dan benar-benar menjadi ibukota abadi Israel selama berpuluh tahun. Mengapa? Karena dahulupun, kekuatan Qaramithah pernah menyerang Ka’bah Baitullah Al Haram. Hingga di tahun 317 H, dikabarkan mereka mampu mencuri Batu Hajarul Aswad dari Ka’bah dan membawanya ke ibukota mereka di Hijr, sisi Timur Saudi sekarang. Hajarul Aswad lalu tetap tercuri hingga 22 tahun, yakni hingga tahun 339 H.

Saudaraku,

Kita tidak berada di zaman Abrahah. Dahulu, Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah. Lalu Allah Swt mengutus burung-burung ababil untuk melindungi Baitullah Al Haram. Tapi kondisi kita setelah diutusnya Rasulullah saw, sangat berbeda. Burung-burung ababil atau pasukan yang diutus Allah Swt dalam bentuk apapun, takkan datang kecuali kita mengerahkan tenaga, keseriusan, kesungguhan, harta, jiwa dan seluruhnya untuk memelihara Masjid Al Aqsha.

Maka, Masjid Al Aqsha mungkin saja runtuh. Dan memang itulah yang diinginkan Zionis Israel. Itu sebabnya, mereka melakukan tahap demi tahap penghancuran itu sedikit demi sedikit, lewat analisa pertimbangan bahaya paling kecil yang mereka hadapi, jika Masjid Al Aqsha akhirnya roboh. Perhatikanlah, mereka sendiri yang membuka informasi di berbagai media, bahwa ada puluhan lorong bawah tanah yang telah mereka gali, di sekitar pondasi Masjid Al Aqsha. Informasi itu bahkan cuplikan filmnya, yang kian menegaskan bahwa lorong-lorong itu benar-benar telah mereka gali.

Ada apa di balik peristiwa ini? Mari pikirkan lebih jauh. Boleh jadi, Zionis Israel mempunyai target tertentu di balik informasi itu. Pertama, membiasakan umat Islam dengan isu kehancuran Masjid Al Aqsha. Semakin sering umat Islam mendengar berita Masjid Al Aqsha akan hancur, semakin terbiasa umat menyikapi (Hal-78) nya. Bahkan informasi itupun bisa menjadi kata-kata yang tidak lagi menarik perhatian. Lalu, jika kelah kehancuran Masjid Al Aqsha benar-benar terjadi, mungkin tidak mampu menggerakkan dunia Islam secara massif untuk melakukan perlawanan.

Logika ini, mirip dengan terapi yang dilakukan oleh para dokter. Dokter memberi suatu asupan yang bisa melindungi manusia dari mikroba tertentu. Seseorang diberi suplai makanan mikroba sedikit demi sedikit, hingga akhirnya tubuh terbiasa dengannya. Jika kelak mikroba sesungguhnya menyerang tubuh, maka serangan itu tidak terlalu memberi efek pada tubuh.

Begitulah Zionis Israel. Mereka terus-menerus memberikan informasi umat Islam dengan pemberitaan bertahap, terkait kehancuran Al Aqsha. Lalu jika kehancuran itu benar-benar terjadi- semoga Allah melindunginya- umat Islam tidak terpicu untuk melakukan aksi penolakan seperti yang dikhawatirkan. Dan Zionis Israel bisa melanjutkan proyek penting lainnya.

Saudaraku,

Sasaran kedua, untuk mengantisipasi tingkat reaksi umat Islam bila kehancuran itu terjadi. Orang-orang Yahudi Zionis pasti khawatir dengan reaksi umat Islam, yang boleh dikatakan bila bersatu sangat mampu memerangi dan mengusir mereka dari Al Quds. Karenanya, mereka berusaha mengantisipasi reaksi umat Islam itu secara bertahap. Mereka mengukur sejauh mana respon umat Islam terhadap upaya penghancuran Masjid Al Aqsha. Hingga akhirnya mereka bisa menganggap mampu mengatasi aksi balasan bila target penghancuran Masjid Al Aqsha itu terjadi.

Saudaraku,

Zionis Israel sangat yakin, hingga sekarang tidak ada bukti secuilpun tentang sisa Kuil Solomon yang mereka yakini. Mereka juga tahu, bahwa klaim peradaban Yahudi di Al Quds, sangat mungkin merupakan hasil manipulasi orang-orang mereka sendiri. Lalu kenapa mereka ingin menguasai dan menghancurkan Masjid Al Aqsha?

     Orang-orang Zionis Israel sangat menyadari bahwa Al Aqsha bagi umat Islam sama dengan panji-panji peperangan bagi suatu pasukan. Selama panji itu ada, panji-panji itulah yang akan memberikan semangat dan keberanian bagi pasukannya. Itulah sebabnya panji harus segera berkibar dan berdiri hingga dapat dilihat pasukan. Seperti itu pulalah kedudukan Al Aqsha. Andai Al Aqsha jatuh, Zionis Israel yakin itu akan meruntuhkan juga mentalitas umat Islam. Sebagaimana dahulu, direbutnya Masjid Al Aqsha diawal-awal perang salib telah menipiskan semangat umat Islam selama puluhan tahun dalam menghadapi kaum Salib. Dan kini, target penghancuran itu terjadi, Zionis Israel yakin akan mampu memenangkan seluruh medan peperangan.

Saudaraku,

Uraian ini bisa saja, membuat kita sedih bahkan terluka. Tapi kita juga tidak boleh berbasa-basi untuk masalah yang sangat penting ini. Tunjukkan bahwa umat Islam di Al Quds (Jerussalem) tidak sendiri menentang pendudukan dan serangan Zionis Israel. Buktikan bahwa mampu bekerja dengan bidang dan ruang apapun yang kita miliki, untuk menghalangi kehancuran dari Masjid Al Aqsha.

(Bangkinang, Selasa, 20 April 2010, 20:36:28 WIB)

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 225 Th.11, Rabiul Akhir 1431 H, 8 April 2010, hal. 76-78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar